Tak terasa sudah lebih dari satu tahun menggeluti profesi yang justru
sebelumnya tidak pernah terpikirkan di kepala ini. Salah satu profesi yang
menurut kebanyakan orang merupakan profesi yang mulia.
Ya, sudah satu tahun lebih saya diberikan nikmat kesempatan oleh Yang Maha
Kuasa, untuk mencicipi profesi menjadi seorang
Guru. Alhamdulillah keraguan akan menekuni dunia pendidikan pada saat
pertama kali melakoni menjadi seorang Guru sedikit demi sedikit hilang seiring
berjalannya waktu.
Lha, ko ragu menjadi Guru?
Jika di flash back jauh kebelakang pada saat masa-masa SMA dulu, keinginan
terbesar saya adalah ingin menjadi seorang Planologist (ilmu tata rencana
wilayah), alasannya kenapa? ya sudah jelas, alasannya saya ingin menata wilayah
saya menjadi lebih teratur lalu lintasnya (tidak macet), bersih lingkungannya,
asri wilayahnya, bebas banjir, dsb.
Begitulah kira-kira kepolosan menjabarkan cita-cita otak anak SMA pada saat
itu. hehehe
Ajaibnya, keinginan untuk menjadi seorang Planologist itu diarahkan oleh
Guru saya, beliau dengan penuh semangat yang mendorong saya agar bisa
mewujudkan cita-cita saya.
Jadi jelas sejak dulu memang tidak terpikirkan untuk menjadi seorang guru,
apalagi untuk menjadi guru matematika! hahaha
Tapi entah kenapa jalan hidup itu penuh misteri, waktu menuntun saya untuk
mendalami ilmu matematika, ilmu yang jelas-jelas saya benci sejak dulu kala!
hahaha (ceritanya beda sesi yaa) dan yang lebih luar biasanya lagi sang
waktulah yang membukakan pintu pengalaman saya untuk mencicipi profesi menjadi
seorang Guru! Perfecto!
Kembali lagi: Lha, ko ragu menjadi Guru?
Keraguan yang pertama muncul dari pertanyaan: apakah saya pantas untuk
menjadi Guru?
No body perfect!
Tidak mudah memang menjadi Guru yang dicintai oleh muridnya, tidak mudah
memang menjadi Guru yang punya segudang trik metode pengajaran agar muridnya
tidak bosan dikelas, tidak mudah memang menjadi Guru yang selalu menghargai
usaha-usaha muridnya, dan masih banyak lagi ketidak mudahan untuk mencapai
sosok Guru yang diidam-idamkan oleh muridnya.
Whoaa, kalau ketakutan diatas dipikirkan terus menerus, mungkin hari ini
saya tidak akan mengucapkan rasa syukur betapa beruntungnya saya menjadi guru
sampai detik ini!
Masih jauh dari kata ideal, tapi setidaknya ada usaha menuju kesana, dan
yang terpenting adalah berani memutuskan untuk tidak takut menjadi seorang guru!
Ya jawaban dari keraguan yang pertama adalah tidak takut untuk mencoba!
Andai saja dulu saya tidak punya keberanian mencoba untuk menjadi seorang guru;
saya tidak akan pernah merasakan betapa senangnya ketika siswa menyapa saya saat berpapasan dijalan, dan mengucapkan salam yang tulus.
saya tidak akan pernah merasakan bagaimana caranya memanage emosi ketika siswa saya berbuat ulah yang mungkin saja mereka anggap benar.
saya tidak akan pernah tertawa lepas di depan banyak orang (di depan kelas) ketika siswa sedang berceloteh dan bertingkah lucu ketika mereka tidak bisa mengerjakan soal yang saya berikan.
saya tidak akan pernah merasakan betapa bahagianya ketika siswa bisa menjawab serangkaian soal yang dulu mereka anggap sulit.
dan mungkin saya tidak akan pernah merasakan betapa bangganya, ketika saya meninggalkan dunia ini suatu saat nanti, kelak dari mereka akan ada yang menjadi Planologist, mereka yang akan mengubah lingkungan sekitar menjadi lebih bersahabat dari sekarang, lingkungan yang hijau dengan pepohonan yang bisa dipetik buahnya, lingkungan yang ramah dengan sungai yang jernih yang penuh dengan ikan, lingkungan yang menyediakan taman bermain yang luas untuk anak-anak, lingkungan yang bebas dari jenis polusi apapun bentuknya, lingkungan yang memberikan harapan betapa beruntungnya kita dihidupkan di dunia ini.
Semoga tidak ada penyesalan untuk menjadi Guru bagi mereka yang akan mengabdikan dirinya untuk penerus bangsa ini.
Terharu maca na ge pak
ReplyDelete*sodorin tisu* susut heula leho na.. hehehe
Deletegreat post
ReplyDeletehehehe thank you dude! Ayo nulis!!
Delete